pagi ini dingin
sedingin kau
dan tiba-tiba saja aku jenuh dengan putaran ini
ya
selalu begitu
walau aku selama ini tak banyak ekspektasi
tapi tetap saja apa yang kau lakukan membuat aku bertanya-tanya
sedang apa kita?
mencari di kala sepi
meninggalkan lagi
tapi itu kau, aku tidak
mau jadi apa kita?
arahnya jadi tak menentu begini
aku jenuh dengan semua ini
tapi tak siap jika meninggalkannya
begitukah denganmu?
ketika aku pergi menjauh, kau menemukan aku sebagai rumah
dan aku kembali mendekat
ah...
Sabtu, 25 Agustus 2012
k.i.t.a
selalu begini
ya
kita selalu begini
bagaimana?
mencari dikala sepi
meninggalkan di kala ramai
ya tentu
karena kita teman
ya
kita selalu begini
bagaimana?
mencari dikala sepi
meninggalkan di kala ramai
ya tentu
karena kita teman
Kamis, 23 Agustus 2012
Oleh-oleh mudik #4: Gethuk Goreng
Getuk goreng merupakan makanan khas yang banyak dijual di
sepanjang jalan raya Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah. Getuk goreng mulai
diperkenalkan pada publik tahun 1918 bermula dari produksi yang dilakukan
Sampirngad. Getuk goreng yang paling terkenal bermerek dagang Getuk Goreng
Sokaraja Asli H. Tohirin. H. Tohirin adalah anak Sampringad yang berhasil
mengembangkan usaha getuk goreng (Dharmawan, 2010).
Pengembangan produk
getuk goreng antara lain perkembangan cita rasa. Saat ini terdapat beberapa
cita rasa baru yaitu durian dan madu. Getuk goreng durian memiliki bentuk dan
warna yang tidak berbeda dengan getuk goreng rasa asli (original). Getuk goreng
durian:
Getuk goreng dibuat dengan peralatan tradisional dan masih
menggunakan tangan (hand made).
Proses pembuatan getuk goreng terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pemilihan
dan persiapan bahan baku, pengukusan singkong, penumbukan singkong, dan
penggorengan.
Bahan baku utama pada pembuatan getuk goreng adalah singkong
dan gula merah. Singkong yang digunakan merupakan singkong pilihan yang
diperoleh dari tempat panen yang sama agar cita rasa getuk goreng seragam.
Singkong yang dibutuhkan dalam satu kali produksi berkisar 5-10 kuintal.
Singkong yang telah dicuci dikuliti kemudian dipotong-potong, dicuci, dan
dibuang bagian akar tengahnya. Gula merah yang digunakan didatangkan dari supplier terpercaya untuk menghindari
kualitas gula jawa yang rendah atau dicampur menggunakan pemanis buatan.
Tahapan selanjutnya adalah pengukusan singkong hingga matang. Singkong
yang telah matang didiamkan beberapa saat, kemudian ditumbuk agar hacur. Pada
saat penumbukan dilakukan penambahan gula merah sedikit demi sedikit hingga
gula merah tercampur dengan merata. Proses penumbukan membutuhkan tenaga yang
besar dan waktu yang cukup lama.
Adonan hasil penumbukan
singkong dibentuk bulat-bulat kemudian digoreng menggunakan minyak panas dengan
api sedang. Penggorengan dilakukan di atas tungku dengan bahan bakar kayu agar
cita rasa yang dihasilkan khas. Getuk goreng yang sudah matang biasanya
diletakkan di atas tampah dan didisplay
di dalam etalase atau dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu
yang biasa disebut besek atau piti. Getuk goreng yang dikemas dalam besek:
sumber:
Anonimc.
Gethuk Goreng. Available on-line at: http://getukgorengbanyumas.blogspot.com (diakses 1
September 2011).
Dharmawan,
L. 2010. Nopia, Getuk Goreng, dan Sejarah Kuliner Banyumas. Media Indonesia: 9.
Oleh-oleh Mudik #3: Nopia dan Mino
Nopia merupakan sejenis kue
dengan bagian kulit yang kering dengan isian. Nopia mulai diproduksi pada tahun
1880 oleh etnik Tionghoa yang tinggal di Banyumas (Dharmawan, 2010). Nopia
memiliki ukuran yang cukup besar, hampir sebesar kepalan tangan. Mino merupakan
pengembangan produk nopia, nama mino merupakan kependekan dari mini nopia. Mino
berukuran mini/kecil sehingga dapat habis dalam sekali makan. Bentuk mino yang
bulat dan menyerupai telur penyu membuat mino sering disebut endog bulus. Gambar nopia dan mino :
Selain dari segi ukuran,
pengembangan produk lain dari nopia dan mino adalah cita rasa. Awalnya nopia
dan mino hanya memiliki rasa gula merah, saat ini terdapat berbagai pilihan
rasa antara lain brambang (bawang), nanas, kacang, durian, pandan, coklat, dan
nangka. Nopia dan mino dalam berbagai rasa:
Nopia
dan mino terdiri atas kulit dan isian. Kulit dibuat dengan cara mencampurkan tepung terigu dengan air lalu diaduk-aduk sampai
menjadi adonan. Adonan itu dijadikan bulatan kecil-kecil sebesar ibu jari
tangan. Bulatan dipipihkan dengan tangan, di tengahnya diisi gula yang sudah
dihancurkan, lalu dibulatkan lagi. Bulatan-bulatan tersebut kemudian dipanggang
menggunakan gentong. Bentuknya mirip mangkuk, diletakan di lantai dalam posisi
terbalik, bagian atasnya berlubang berlapis tanah dan sekelilingnya ditutup
anyaman bambu.
Pemanggangan nopia dan mino tergolong unik
karena sebelum digunakan kayu bakar dibakar di dalam gentong. Setelah apinya
mati, abu dan bara dikeluarkan. Nopia/mino mentah ditempelkan ke dinding bagian
dalam gentong yang panas (bersuhu sekitar 90oC). Nopia/mino
dipanggang hingga 30 menit kemudian diambil. Adonan nopia/ mino akan
mengembang, dan jika terlalu lama dipanggang adonan dapat meletus. Pemanggangan
adonan nopi/mino:
Sumber:
Anonimb.
Nopia dan Mino Narwan Banyumas.
Available on-line at: http://duniabanyumas.files.wordpress.com (diakses 1
September 2011).
Dharmawan,
L. 2010. Nopia, Getuk Goreng, dan Sejarah Kuliner Banyumas. Media Indonesia: 9.
Oleh-oleh Mudik #2: Opak Kucai
*repost tugas lagi nih
*plus
harga opak ini murah, trus kalo udah digoreng jadi banyak banget, cukup buat se-RT, cuma ya itu, sekali masuk mulut pengennya masukin lagi...
Opak kucai pada awalnya
berasal dari desa Kalibeber, kecamatan Mojotengah Opak kucai khas Wonosobo
terbuat dari singkong, awalnya opak dijual di pasar dijual secara kiloan dan
dibungkus menggunakan kantung keresek hitam. Saat ini kemasan opak lebih baik,
menggunakan plastik tebal yang di-seal
sehingga lebih higienis dan menarik. Selain pengembangan produk dari segi
pengemasan, terdapat pula pengembangan produk dari segi cita rasa dan warna.
Pada awalnya opak berwarna putih dengan rasa original, saat ini terdapat opak
dengan ekstra kucai yang berwarna kehijauan, dan opak kucai pedas yang berwarna
kemerahan. Ketiga jenis opak tersebut dapat dilihat pada Gambar ini :
Opak kucai dibuat dengan cara
menumbuk singkong yang sudah direbus atau dikukus, kemudian menambahkan bumbu
seperti garam dan bawang, serta diberi tambahan daun kucai, aroma kucai
menyerupai bawang putih sehingga menambah sedap opak yang dihasilkan. Adonan
yang telah dihasilkan dibentuk bulat tipis kemudian dijemur hingga kering.
harga opak ini murah, trus kalo udah digoreng jadi banyak banget, cukup buat se-RT, cuma ya itu, sekali masuk mulut pengennya masukin lagi...
Oleh-oleh Mudik #1: Carica
*ini repost tugas semester 7 hahahaa
Carica (Carica
candamarcensis Hok) merupakan buah langka, di Indonesia tanaman ini hanya
tumbuh di Dieng. Tanaman ini berasal dari kepulauan Candamar di Amerika Tengah
dan dijumpai juga di Brasilia (Anonima, 2011). Di Dieng Carica juga
disebut Kates Dieng atau Gandul Dieng.Minuman buah carica merupakan minuman khas dari Wonosobo (Dieng) berupa potongan buah carica dalam sirup. Minuman buah carica hanya dapat ditemukan di Wonosobo, tidak seperti oleh-oleh lain yang biasanya dapat ditemukan di daerah sekitar Wonosobo seperti Banjarnegara, Purbalingga, dan Purwokerto. Pengembangan produk minuman buah carica salah satunya dari segi kemasan. Pada awalnya carica dijual dalam kemasan jar kaca, semenjak tahun 2000-an carica mulai dijual menggunakan kemasan gelas plastik. Salah satu produsen carica yaitu UD. Selera Jaya memproduksi carica dalam jar kaca dengan netto 350 g dan 370 g, kemasan gelas plastik dengan netto 220 g, dan kemasan mangkuk plastik dengan netto 250 g. Gambar carica dalam kemasan jar kaca dan magkuk plastik dapat dilihat pada gambar berikut:
Pembuatan minuman buah carica terdiri dari beberapa tahap
yaitu pengupasan, pemisahan biji dari buah, pemotongan, pembuatan sirup buah,
dan pengemasan. Pengupasan dilakukan untuk
menghilangkan kulit buah. Buah carica memiliki banyak getah sehingga pada saat
pengupasan, pekerja menggunakan sarung tangan. Setelah dikupas, biji buah dikeruk dan dipisahkan dengan daging
buahnya. Biji buah tersebut diperas untuk membuat sirup yang bercita rasa khas.
Setelah dipisahkan dengan bijinya, buah dicuci kemudian dipotong-potong dengan
bentuk yang menarik (biasanya berbentuk segitiga) dan supaya dapat dikemas
dalam botol/ jar. Setelah pemotongan, buah kembali dicuci menggunakan air yang
telah diberi garam untuk menghilangkan rasa pahit yang berasal dari getah.
Pembuatan sirup dilakukan dengan memeras biji (beserta
selaput yang melapisinya) yang ditambah sedikit air hingga keluar cairan kental
yang berbau khas buah carica. Pemerasan dapat dilakukan berkali-kali sampai
aroma khas tersebut hilang. Setelah diberi air dan gula pasir secukupnya, sirup
tersebut direbus sampai mendidih. Setelah mendidih, sirup yang sudah jadi harus
disaring untuk dipisahkan dengan ampasnya.
Buah yang telah
dipotong-potong dan dicuci dimasukkan ke dalam botol, dan dicampurkan dengan
sirup. Sebelumnya botol yang digunakan
dicuci hingga bersih. Botol yang telah diisi dengan buah dan sirup dimasukkan
ke dalam panci untuk diblansing selama 15 menit. Setelah dikukus, botol diambil
dari dandang, kembali dipenuhi dengan sirup, dan ditutup rapat-rapat. Botol
yang telah ditutup kemudian dipasteurisasi selama 10 menit. Proses pembuatan minuman buah carica dapat dilihat pada
gambar berikut:
*tambahannya
harga carica yang kemasan gelas kecil sekitar 3000-4000
harga carica kemasan mangkok 5000-6000
belinya mending di RITA Swalayan, lebih murah, hehe...
Oia, ada Carica yang pedes juga, belom dicobain tapi *udah dicobain, hasilnya enakan yang original*
harga carica yang kemasan gelas kecil sekitar 3000-4000
harga carica kemasan mangkok 5000-6000
belinya mending di RITA Swalayan, lebih murah, hehe...
Oia, ada Carica yang pedes juga, belom dicobain tapi *udah dicobain, hasilnya enakan yang original*
*sumber:
Anonima.
2011. Carica, Minuman Khas Wonosobo. Available on-line at: http://goenawanb.com (diakses 1
September 2011).
UD.
Selera Jaya. 2010. Oleh-oleh Khas Wonosobo. Leaflet Pemasaran Produk, Wonosobo.
Wisata Kuliner #2 : Soto Sokaraja
SOTO
SOKARAJA adalah soto khas daerah Sokaraja yang ga boleh kelewat dinikmati. Pedagang
soto sokaraja bisa ditemui dengan mudah di sepanjang jalan (endath nama
jalannya apa, soalnya ayah saya slalu nyebut Sokaraja doang). Soto yang
terkenal adalah Soto Kecik dan Soto Lama. Saya belum eksplor apa bedanya dan
info lainnya, yang jelas dua-duanya enak.
Soto sokaraja terdiri atas ketupat, daging ayam suwir/ daging sapi/ jeroan, daun bawang, kecambah pendek, kerupuk warna-warni. Khasnya ada di kuah sama sambelnya, kuahnya seger agak luget karna mungkin ada kacangnya. Nah sambelnya juga sambel kacang. Buat harga sekitar 7000-9000 per mangkok. Soal rasa jangan ditanya, enak pokonya. Kalo lewat sokaraja jangan ketinggalan nyobain ya..
Wisata Kuliner #1 : Mie Ongklok Wonosobo
Pulang
kampung ga lengkap rasanya kalo ga nikmatin lezatnya kuliner khas. Kampung
saya, Wonosobo terletak 342 km dari kota Bandung. Udaranya dingin mirip
Bandung, tapi menurut saya masih dinginan Wonosobo. Maklum lah Wonosobo
dikelilingi pengunungan, salah duanya (soalnya ada 2 gunung terkenal) Sindoro
dan Sumbing. Panoramanya indah banget, nih foto duet gunung yang indah di pagi
hari:
Salah
satu kuliner khas Wonosobo yang ga ada di tempat lain itu adalah MIE ONGKLOK.
Mie ongklok itu kuliner yang isinya mie, kol, kucai, daun bawang, kadang-kadang
ada tahunya, kuahnya dibuat dari tepung kanji jadi agak kentel gitu. Rasanya
manis gurih. Kenapa disebut mie ongklok? Berdasarkan hasil baca-baca buku
terbitan pemkab Wonosobo, disebut mie ongklok karena sayuran yang dipakai
dimasukin ke wadah anyaman bambu dan diongklok-ongklok alias direndem-angkat di
air panas. Sayuran yang udah mateng dituangin di atas mie, trus disiram kuah.
Enak banget kalo dimakan anget-anget.
Biasanya mie ongklok disantap
dengan sate sama tempe kemul atau lekuk. Kalo sate udah umum lah ya, nah kalo
tempe kemul itu sebetulnya tempe goreng tepung tapi dengan taburan kucai, trus
warnanya juga kuning cerah. Nah kalo lekuk itu hampir mirip cimol, tapi lebih
kenyel-kenyel. Oia, ada yang khas lagi, biasanya disajiinnya pake sendok bebek
yang dari stainless. Buat yang masih penasaran sama penampakan mie ongklok,
kaya gini nih (*maaf ya fotonya repost, lupa moto):
Taun
ini *menurut hasil tengak tengok saya* lebih banyak yang jual mie ongklok. Kalo
dulu agak jarang, yang terkenal tuh mie ongklok yang di daerah Longkrang,
Tosari, sama yang di Jalan Ahmad Yani *yang kata ibu saya pedagang mie ongklok
pertama* namanya mie Ongklok Pak Muhadi. Harganya relatif murah 1 mangkok mie
ongklok harganya sekitar 4000-7000, kalo tempe kemul 500-800 per buah, satenya
1000-2000 per tusuk. Kemarin sih yang kerasa enak banget yang di Longkrang,
walaupun kuahnya kurang kentel. Bumbunya lebih terasa dan porsinya lebih
banyak, mungkin juga efek makan pas banget buka puasa, jadi lagi
laper-lapernya. Nah kalo yang Pak Muhadi pernah masuk ke acara “Koper-Ransel”
pas pembawa acaranya Mario Lawalata sama Andrea, Angelina Sondakh juga pernah
ke sana. Artis-artis itu ngasih testimoni di white board gitu.
Buat mudikers Wonosobo, rasanya
ga lengkap kalo ga makan mie ongklok. Makanya di saat libur lebaran parkiran
isinya kendaraan Plat B, D, H, AB, atau L. Kalo masih Ramadhan, biasanya udah
mulai rame dari jam ½ 5an, nah kalo lebaran hari pertama biasanya ga buka, ato
bukanya sore. Hari kedua mulai rame dari pagi, terutama pas makan siang sama
makan malem. So, kapan mau nyoba ngongklok?
Selasa, 14 Agustus 2012
kado darimu
jika..andai...jikalau aku boleh meminta sesuatu darimu di hari ulang tahunku ini
maka yang kuminta, apa yang dulu kita semai bisa berkembang lagi...
karena sungguh, kita bahagia jika bersama, bukan begitu?
di saat salah satu dari kita hilang, ada rasa aneh bukan kepalang...
aku rumahmu, tempatmu kembali
rumahmu, surgamu
maka yang kuminta, apa yang dulu kita semai bisa berkembang lagi...
karena sungguh, kita bahagia jika bersama, bukan begitu?
di saat salah satu dari kita hilang, ada rasa aneh bukan kepalang...
aku rumahmu, tempatmu kembali
rumahmu, surgamu
di hari yang sakral ini
Duhai Allah, terima kasih Kau mengizinkan aku mencecap manis pahit kehidupan hingga usiaku sekarang... Sungguh tak sepatutnya aku banyak mengeluh lagi, betapa banyaknya nikmatmu yang mungkin sering kudustakan...
Teruntuk Ibu dan Ayah, terima kasih menghadirkan aku ke dunia penuh cinta...
Kalian tahu? Rasanya ini ulang tahunku yang paling membuatku sedih..
Awal tahun lalu, aku kira aku bisa mengundangmu pulang Yah, untuk hadir di wisudaku, tapi ternyata aku belum bisa membutmu bangga...
Berbulan-bulan lalu Bu, aku merepotkanmu dengan tingkah tak dewasa..
Aku minta maaf untuk keberhasilanku yang tertunda..
Kalian selalu menguatkan aku...
Di hari yang sakral ini, semoga aku senantiasa bersyukur dan berjuang.. untuk senyuman kalian...
i love you :*
Teruntuk Ibu dan Ayah, terima kasih menghadirkan aku ke dunia penuh cinta...
Kalian tahu? Rasanya ini ulang tahunku yang paling membuatku sedih..
Awal tahun lalu, aku kira aku bisa mengundangmu pulang Yah, untuk hadir di wisudaku, tapi ternyata aku belum bisa membutmu bangga...
Berbulan-bulan lalu Bu, aku merepotkanmu dengan tingkah tak dewasa..
Aku minta maaf untuk keberhasilanku yang tertunda..
Kalian selalu menguatkan aku...
Di hari yang sakral ini, semoga aku senantiasa bersyukur dan berjuang.. untuk senyuman kalian...
i love you :*
entah mana yang buatku haru
Tertanggal 14 Agustus 2012, ketika usiaku lagi-lagi berkurang jatahnya...
Aku tak berusaha membuatmu ingat, karena aku berkeyakinan kau takkan lupa
sekalipun kau bilang momen ini tak ada spesialnya..
Lalu tiba-tiba, kau bilang kau baru ingat ini tanggal 14, tanggalku
Kau bilang tak ingin mengucapkan apa-apa
Tak ingin memberikan doa yang dikhususkan hari ini karena doa yang kontinu lebih baik
Kau pun tak mau memberi tahu apa yang kau doakan untukku, karena doa yang tidak diketahui lebih baik
Kau pun akhirnya hanya memberi semangat (lagi), yang kau bilang tak khusus untuk hari ini juga
kau akhiri semua dengan kalimat : Semangat ya!
Kau memang bukan pujangga, bukan pula pencipta lagu, sebetulnya kata-katamu pun tak romantis...
entah mana yang buatku haru..
mungkin karena kau yang mengucapkannya, entahlah...
Terima kasih..
Kita sematkan doa di tiap tangan menengadah ya :)
Aku tak berusaha membuatmu ingat, karena aku berkeyakinan kau takkan lupa
sekalipun kau bilang momen ini tak ada spesialnya..
Lalu tiba-tiba, kau bilang kau baru ingat ini tanggal 14, tanggalku
Kau bilang tak ingin mengucapkan apa-apa
Tak ingin memberikan doa yang dikhususkan hari ini karena doa yang kontinu lebih baik
Kau pun tak mau memberi tahu apa yang kau doakan untukku, karena doa yang tidak diketahui lebih baik
Kau pun akhirnya hanya memberi semangat (lagi), yang kau bilang tak khusus untuk hari ini juga
kau akhiri semua dengan kalimat : Semangat ya!
Kau memang bukan pujangga, bukan pula pencipta lagu, sebetulnya kata-katamu pun tak romantis...
entah mana yang buatku haru..
mungkin karena kau yang mengucapkannya, entahlah...
Terima kasih..
Kita sematkan doa di tiap tangan menengadah ya :)
Kamis, 26 Juli 2012
Repost: teruntuk pencinta Semeru
(Minggu, 3 Juli 2011)
Aku akan mendaki Semeru
kan kuteriakkan namamu dengan lantang
agar awan membingkainya
dan menurunkanmu dalam hujan di kala yang tepat
Kan kususuri tepian pantai
kularukan rinduku di sana
biar dibawa debur ombak yang suatu saat akan kembali
di kala yang tepat
Aku akan mendaki Semeru
kan kuteriakkan namamu dengan lantang
agar awan membingkainya
dan menurunkanmu dalam hujan di kala yang tepat
Kan kususuri tepian pantai
kularukan rinduku di sana
biar dibawa debur ombak yang suatu saat akan kembali
di kala yang tepat
penat
aku penat
ingin rasanya aku rehat
sejenak saja
tapi jika aku rehat
aku makin terlambat
tolong beri aku jalan
ingin rasanya aku rehat
sejenak saja
tapi jika aku rehat
aku makin terlambat
tolong beri aku jalan
Aku : entah apa namanya
Tahun ini, tahun ke 6 kuucapkan selamat bertambah usia...
tapi tahun ke 5 rasa sayang itu singgah di hatiku.
bukan, bukan karena aku tak lagi menyayangimu saat ini, tapi di tahun pertama rasa itu belum lagi tersemai.
membicarakan ulang tahunmu ke 17 membuat kita tertawa renyah, kita sama-sama ingat betapa kikukknya aku bersalaman denganmu. dan kemudian hari itu menjadi awal sejarah bagi hubungan kita.
Mungkin benih itu sudah ada hingga akhirnya tersemai di penghujung juli.
Tahun-tahun kemudian setiap "peringatan" menjadi hal yang indah untuk kita.
dua tahun lalu, peringatan itu justru menjadi sakit bagimu karena cintaku berpaling muka, meski hanya sementara.
tapi tahun berikutnya dan tahun ini peringatan itu menjadi sakit bagiku karena kau tak lagi punya perasaan padaku, meski kita masih berteman.
Kau bukanlah orang yang suka peringatan ulang tahun, tapi aku selalu berkata ulang tahun adalah momentum untuk kita kembali memanaskan diri menggapai mimpi. Kau ingat kan pernah mengirimkan mimpimu padaku, begitu juga denganku. Mungkin kita sama-sama berpikir kita sama-sama memperjuangkan. tapi taukah kau? aku butuh kau untuk selalu mengingatkan bahwa aku memiliki mimpi yang harus kukejar.
di ulang tahunmu yang ke 22, dikala dunia menuntut kita untuk matang, aku berdoa agar mimpimu dapat kau capai. dan aku berharap aku bisa menjadi bagian dalam mimpi itu.
ketika mimpi pertamamu adalah khusnul khotimah, aku tersentak, aku bahkan tak pernah memikirkan itu. lalu akupun mengikutimu untuk bermimpi seperti itu. karena memang begitu seharusnya. Kau bilang, kau sangat ingin berjihad ke Palestina, andaikan itu jalanmu semoga itu yang membawamu ke surga-Nya.
Kau ingin menjadi hafidz, pun denganku. setidaknya untuk menjadi contoh anak-anak kita kelak. Seberapa besar kita sudah berusaha? Semoga kita bisa :)
menunaikan haji, menggenapkan rukun islam. sampai detik ini aku masih ingin datang ke rumah Allah bersamamu. Semoga keinginanmu dan aku tercapai.
Memberangkatkan orang tua untuk haji. Adalah sebuah pengabdian seorang anak pada orang tuanya. terlebih untukku karena orang tuaku belum menjejakkan kakinya di tanah suci. Semoga dikabulkan.
lalu impianmu adalah menjadi dokter yang tangguh, seperti apa yang kuimpikan. semoga doamu dan doaku tekabul.
Impianmu yang satu ini adalah impian kita di masa lalu, menikan di tahun 2013 dan 2014. Masih menjadi rahasia sampai memang sampai waktunya, Tapi sungguh, di dalam relung hatiku yang terdalam, aku ingin menjai bagian dari pernikahanmu. bukan, bukan menjadi penggembira tapi menjadi pendampingmu. Seperti mimpi yang kita rajut dahulu. Kau tahu, aku menyayangimu ;)
ah mimpimu banyak sekali dan sunguh sangat besar :)
Izinkan aku menunggumu turun dari Rinjani, Semeru, Kerinci, Carstensz Pyramid, Kilimanjaro, Elbruz, lalu menyambutmu dengan pelukan hangat. atau mungkin aku ikut bersamamu meniti setiap bebatuan dalam pendakian.
Lalu aku akan mendengarkan ceritamu selepas penyelaman di Raja Ampat, perairan Bangka, dan semua perairan yang indah menurutmu. Aku hanya bisa mendengar, karena aku tak bisa berenang.
Lalu, izinkan aku mendampingimu mengelilingi bumi Indonesia dan seluruh bentangan dunia.
Semoga doamu dikabulkan.
dan doa tumpanganku juga.
Selamat ulang tahun ke 22 untukmu seseorang yang masih saja bertengger di hatiku meski aku tau ka suka pada orang lain. Waktu bisa merubah segalanya. dan aku bisa memperjuangkan apa yang aku bisa.
tapi tahun ke 5 rasa sayang itu singgah di hatiku.
bukan, bukan karena aku tak lagi menyayangimu saat ini, tapi di tahun pertama rasa itu belum lagi tersemai.
membicarakan ulang tahunmu ke 17 membuat kita tertawa renyah, kita sama-sama ingat betapa kikukknya aku bersalaman denganmu. dan kemudian hari itu menjadi awal sejarah bagi hubungan kita.
Mungkin benih itu sudah ada hingga akhirnya tersemai di penghujung juli.
Tahun-tahun kemudian setiap "peringatan" menjadi hal yang indah untuk kita.
dua tahun lalu, peringatan itu justru menjadi sakit bagimu karena cintaku berpaling muka, meski hanya sementara.
tapi tahun berikutnya dan tahun ini peringatan itu menjadi sakit bagiku karena kau tak lagi punya perasaan padaku, meski kita masih berteman.
Kau bukanlah orang yang suka peringatan ulang tahun, tapi aku selalu berkata ulang tahun adalah momentum untuk kita kembali memanaskan diri menggapai mimpi. Kau ingat kan pernah mengirimkan mimpimu padaku, begitu juga denganku. Mungkin kita sama-sama berpikir kita sama-sama memperjuangkan. tapi taukah kau? aku butuh kau untuk selalu mengingatkan bahwa aku memiliki mimpi yang harus kukejar.
di ulang tahunmu yang ke 22, dikala dunia menuntut kita untuk matang, aku berdoa agar mimpimu dapat kau capai. dan aku berharap aku bisa menjadi bagian dalam mimpi itu.
ketika mimpi pertamamu adalah khusnul khotimah, aku tersentak, aku bahkan tak pernah memikirkan itu. lalu akupun mengikutimu untuk bermimpi seperti itu. karena memang begitu seharusnya. Kau bilang, kau sangat ingin berjihad ke Palestina, andaikan itu jalanmu semoga itu yang membawamu ke surga-Nya.
Kau ingin menjadi hafidz, pun denganku. setidaknya untuk menjadi contoh anak-anak kita kelak. Seberapa besar kita sudah berusaha? Semoga kita bisa :)
menunaikan haji, menggenapkan rukun islam. sampai detik ini aku masih ingin datang ke rumah Allah bersamamu. Semoga keinginanmu dan aku tercapai.
Memberangkatkan orang tua untuk haji. Adalah sebuah pengabdian seorang anak pada orang tuanya. terlebih untukku karena orang tuaku belum menjejakkan kakinya di tanah suci. Semoga dikabulkan.
lalu impianmu adalah menjadi dokter yang tangguh, seperti apa yang kuimpikan. semoga doamu dan doaku tekabul.
Impianmu yang satu ini adalah impian kita di masa lalu, menikan di tahun 2013 dan 2014. Masih menjadi rahasia sampai memang sampai waktunya, Tapi sungguh, di dalam relung hatiku yang terdalam, aku ingin menjai bagian dari pernikahanmu. bukan, bukan menjadi penggembira tapi menjadi pendampingmu. Seperti mimpi yang kita rajut dahulu. Kau tahu, aku menyayangimu ;)
ah mimpimu banyak sekali dan sunguh sangat besar :)
Izinkan aku menunggumu turun dari Rinjani, Semeru, Kerinci, Carstensz Pyramid, Kilimanjaro, Elbruz, lalu menyambutmu dengan pelukan hangat. atau mungkin aku ikut bersamamu meniti setiap bebatuan dalam pendakian.
Lalu aku akan mendengarkan ceritamu selepas penyelaman di Raja Ampat, perairan Bangka, dan semua perairan yang indah menurutmu. Aku hanya bisa mendengar, karena aku tak bisa berenang.
Lalu, izinkan aku mendampingimu mengelilingi bumi Indonesia dan seluruh bentangan dunia.
Semoga doamu dikabulkan.
dan doa tumpanganku juga.
Selamat ulang tahun ke 22 untukmu seseorang yang masih saja bertengger di hatiku meski aku tau ka suka pada orang lain. Waktu bisa merubah segalanya. dan aku bisa memperjuangkan apa yang aku bisa.
Minggu, 15 Juli 2012
berbincang denganmu
Kemarin kita bertemu setelah 2 bulan tak bertatap muka, dan entah berapa bulan setelah hubungan kita sebagai pasangan berakhir.
Aku kebingungan tentang apa yang harus aku katakan atau lakukan. Tapi setelah bertemu denganmu, semua mengalir begitu saja, seperti saat kita merajut benang-benang cinta di waktu lalu. Kau masih punya candaan yang hebat membuatkan tak pernah berhenti tertawa. Kita masih bisa bercakap-cakap dan tertawa renyah. Ah sial, aku mulai berekspektasi. Harus punya seribu alasan untuk tidak menganggap kau mencintaiku.
Darimu aku tahu bahwa di usia kita, tak hanya kami kaum hawa yang galau asmara, kalian pun para adam sama saja. Sama-sama sedang memikirkan indahnya pernikahan. Menggelikan ternyata. Tapi artinya itu normal. Kita berbincang tentang pernikahan di 2/4 pertemuan, dan sisanya cerita lain. Sayangnya bukan pernikahan kita yang kita bicarakan. Tapi pernikahanku dengan seseorang dan kau dengan seseorang pula.
(dalam benakku aku masih sangat ingin menikah denganmu, menyelaraskan mimpiku dengan mimpimu).
Kita bicara tentang betapa bingungnya kita menyampaikan mimpi kita pada keluarga dan lebih suka berbincang berdua tentang ini. Sampai di tengah pembicaraan kau berkata "Istriku kelak harus siap kalau aku mati muda. Karena impianku adalah berjuang di Palestina.". Hatiku bergetar dan bertanya pada diriku sendiri, siapkah aku? Lalu aku menenangkan diri dan berkata "kau harus siap, karena jika memang iya kau menjadi istrinya kau akan mencecap harumnya surga". Aku jadi teringan post-it yang aku tempelkan di museum KAA. Kata pemandu di sana, silakan tulis keinginan dan tempel di negara yang diinginkan. Kau tahu? yang kupikirkan dirimu...dan inilah hasilnya
Aku menuliskan "Seseorang memliki mimpi pergi ke sini. dr.XXXXXXXXXX, semoga ia sampai, lalu kutempelkan di Palestina.
Kau bilang kau tidak pernah menutup segala kemungkinan. Lalu kupituskan untuk selalu tulus, tidak berekspektasi.
Semoga yang terbaik terjadi untuk kita berdua :)
Minggu, 08 Juli 2012
Cerita kami pencari satu kata yang menurut orang penting
Kami adalah segerombolan muda mudi usia tanggung. Tanggung karena tak
lagi remaja tapi tak mau disebut tua. Ya, kami yang sudah mulai berkepala dua
satu atau dua tahun lamanya..
Kamilah para pencari satu kata yang menurut orang penting: sarjana.
Pagi buta, masing-masing kami terjaga dari tempat tidur.
Mungkin separuh dari kami masih enggan beranjak, tapi yang lain dengan
langkah gontai sekalipun mencoba bangkit, mencoba mencari peruntungan untuk
mendapat posisi terdepan.
Perjuangan kami untuk menemui “penuntun sarjana” bagaikan para
pendulang permata yang kadang beruntung menemukan kerlingan batu mulia tapi
kadang mengeluh karena pulang hanya berpeluh. Kami berlomba untuk mendapat
posisi terdepan karena kalau-kalau “penuntun sarjana” itu bersedia datang kami
punya waktu yang cukup panjang untuk membereskan kertas-kertas penuh coretan.
Kemajuan teknologi bukan membuat kami semakin mudah, justru semakin
sulit. Jika dulu orang tak bisa melakukan janji temu tak membuatnya kesal,
sekarang tentu saja rasanya gatal. “Penuntun sarjana” kami meminta kami
menunggu di lorong penantian. Menunggunya rehat dari segala kesibukan.
Teknologi hanya menjadi uap.
Aku, kadang mendapat urutan terdepan, atau di tengah, jarang sekali
dapat urutan belakang. Di antara selubung kabut pagi, kuda besiku menyusup
membuatku menyeruput sebagian kabut. Di halaman, dingin tersisa di tangan. Langkahku
menuju tangga ditemani sepi, di antara kepulan asap yang dibakar pejuang
tangguh yang datang sejak pagi. Kutengokkan kepalaku ke lorong penantian di
lantai dua, belum ada siapa-siapa. Kulongok benda berdetik di tangan, jarum
belum genap menunjuk angka delapan. Kuseret kakiku menuju “pintu kebahagiaan”,
tempat kami biasa menunggu.
Sendiri, aku bersandar pada dinding yang masih dingin. Duduk di atas
lantai yang masih berkilap, tanpa alas. Menghitung tiap detik waktu hingga
teman seperjuangan datang. Tak berapa lama, suara akrab terdengar menyapa,
menyebut namaku dengan riang. Ia meletakkan tas dan memintaku menjaganya selagi
ia ke belakang. Dingin kadang memang membuat kita tak henti ke kamar mandi
bukan?
Matahari sepenggalahan naik, sebagian mengambil air suci, menengadahkan
tangan dan berdoa agar “penuntun sarjana” hari ini datang, datang dengan
keriangan, begitu kira-kira doa kami (setidaknya doaku). Semakin siang pejuang
yang datang mulai membilang, satu, dua, tiga, hingga sepuluh, bahkan kadang
hingga belasan. Lalu kami menghitung
waktu, apakah sekiranya kami akan diberi kesempatan atau pulang tanpa hasil
dengan perut bergerumul angin? Biasanya jika jarum jam sudah menunjuk angka
sebelas urutan lima sudah kehilangan asa, ia selalu ingin pulang tergesa.
Setiap derap langkah sepatu yang terdengar menaiki tanggaa kami
jadikan sebagai pertanda. Semua muka menengok ke kiri, lalu menunduk atau
berpaling ke kanan jika ternyata derap itu bukan yang diharapkan. Jika “penuntun
sarjana” yang datang masing-masing kami mendongakkan muka. Memasang wajah penuh
harap, berharap setidaknya hari ini ada satu langkah lagi menuju “kesarjanaan”
yang kami kejar-kejar.
Kadang, “penuntun sarjana” kami riang, menyapa kami. Itu artinya
kadang ia pun seperti kami, tak bergairah. Apalagi antrean yang sudah menjadi
pemandangan lumrah. Urutan pertama selalu kikuk memotong pita. Pita “pintu
kebahagiaan”. Tugasnya menyapa “penuntun sarjana” dan bertanya “Apa hari ini
bisa?”. Sebetulnya hanya itu saja, tapi sungguh rasanya bisa membuat gelisah.
Jika jawabannya ya, ia lalu masuk, menengok pada teman-temanya, dari matanya
bisa terbaca kalimat “tolong doakan”. Kadang sepuluh, dua puluh, tiga puluh,
kadang bahkan sampai enam puluh menit pejuang-pejuang pencari keajaiban itu ada
di dalam. Pejuang di dalam menikmati intonasi tinggi rendah. Kadang keluar
dengan senyum, tak jarang keluar dengan mata kosong, bingung memikirkan apa
yang harus dilakukan.
Di luar, pejuang-pejuang mengobrol wara-wiri. Kadang berkeluh kesah,
berbagi gelisah, atau menyematkan doa demi kesuksesan bersama. Bercerita berita
beruntung si ini si itu, lalu menepuk bahu teman seperjuangan “Kita harus
sabar, karena waktu itu pasti akan datang”. Ya, kami memang selalu berusaha
menanami hati kami dengan bunga-bunga, segersang apapun di dalamnya. Lorong itu
berubah menjadi lorong yang khidmat, karena masing-masing kami diam merenungi
dan bertanya pada sendiri kapan waktu itu akan datang.
Belakangan, semilir kabar menceritakan “penuntun sarjana” kami juga
sepat mata melihat kami yang kian hari kian panjang antreannya. Tapi tak pernah
ada jembatan bagi kami untuk bercerita. Takut, perasaan itu membuat kami
seringkali surut. Belum ada penyelesaian bagaimana cara “menyembunyikan”
antrean.
Ya, begitulah kami. Pejuang yang menghitung waktu wisuda demi wisuda.
Menunggu di lorong penantian. Mencecap dinginnya lantai dan dinding yang
menyisakan angin bergerumul di perut. Doa kami tak banyak, kami meminta agar
kami dan “penuntun sarjana” bisa selaras. Karena keselarasan itu menimbulkan
keindahan bukan? Ya keindahan yang kami dan tentunya beliau idam-damkan.
Terakhir terlamat permintaan : kawan, semangati kami untuk selalu berjuang,
para pencari satu kata yang menurut orang penting:sarjana.
*didedikasikan untuk para pejuang yang selama ini duduk bersama di
lorong penantian.
Jatuh cinta padamu (lagi)
Orang-orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang
diciptakannya sendiri. Ia tak kuasa membedakan mana yang benar-benar
nyata, mana yang hasil kreasinya yang sedang memendam rindu.
Kejadian-kejadian kecil, cukup sudah untuk membuatnya senang. Merasa
seolah-olah itu kabar baik. Padahal saat ia tahu kalau itu hanya bualan
perasaannya, maka saat itulah hatinya akan hancur berkeping-keping.
Patah hati! Menuduh seseorang itu mempermainkan dirinya. (Tere Liye).
dan seseorang itu adalah dia... ya dia.. dia yang memintaku melepaskan ikatan kami.. dia yang mencari ruang untuk bercerita.. dan pada akhirnya ruang itu adalah aku..
dan pilihannya membuatku membentu ilusi. ketidaknyataan. kreasi yang membumbung tinggi karena aku merajut rindu padanya.
mungkin kau mendengar "kicauanku" beberapa kali: Selalu seperti itu, seperti ada telepati antara kita
aahhh sepertinya itu ilusiku...
saat aku memikirkan dia,tapi mengurungkan niat untuk sekadar mengirim pesan singkat, pesannya yang datang lebih dulu. untuk hal-hal yang mungkin tak terlalu penting atau tak terduga.
"bagaimana perkembangan skripsimu?" atau "bisa beli pulsa?"
lalu kata-kata itu berubah menjadi percakapan, dengan kesepakatan yang kami : tidak ada pesan tentang perasaan. jadi segala bentuk rindu harus kutikam.
Aku selalu merasa semua itu telepati, ya telepati antara kami. Aku menganggap dia rindu padaku, tapi terlalu malu untuk berterus terang. Aku sendiri yang menciptakan cerita tentang perasaannya.
Kau tahu betapa riangnya aku saat menerima pesan singkat itu?
Andaikan ia melihat binar mataku dan simpul senyumku mungkin ia akan kembali jatuh cinta padaku (sial, aku kembali beilusi).
lalu ketika tiba-tiba ia pergi tanpa kabar, hati mulai risau memikirkan, desakan hati untuk bertanya semakin kuat : "kenapa kau mempermainkan aku?". Lalu dia berkata "aku tak pernah berniat mempermainkanmu."
Aaaah... aku jatuh cinta (lagi). berilusi. sejuta bualan perasaan. sadar. hancur berkeping-keping. tapi tetap aku jatuh cinta (lagi) padanya.
dan di sisi yang lain, ia jatuh cinta pada bidadarinya. Adakah ia juga berilusi sepertiku?
dan seseorang itu adalah dia... ya dia.. dia yang memintaku melepaskan ikatan kami.. dia yang mencari ruang untuk bercerita.. dan pada akhirnya ruang itu adalah aku..
dan pilihannya membuatku membentu ilusi. ketidaknyataan. kreasi yang membumbung tinggi karena aku merajut rindu padanya.
mungkin kau mendengar "kicauanku" beberapa kali: Selalu seperti itu, seperti ada telepati antara kita
aahhh sepertinya itu ilusiku...
saat aku memikirkan dia,tapi mengurungkan niat untuk sekadar mengirim pesan singkat, pesannya yang datang lebih dulu. untuk hal-hal yang mungkin tak terlalu penting atau tak terduga.
"bagaimana perkembangan skripsimu?" atau "bisa beli pulsa?"
lalu kata-kata itu berubah menjadi percakapan, dengan kesepakatan yang kami : tidak ada pesan tentang perasaan. jadi segala bentuk rindu harus kutikam.
Aku selalu merasa semua itu telepati, ya telepati antara kami. Aku menganggap dia rindu padaku, tapi terlalu malu untuk berterus terang. Aku sendiri yang menciptakan cerita tentang perasaannya.
Kau tahu betapa riangnya aku saat menerima pesan singkat itu?
Andaikan ia melihat binar mataku dan simpul senyumku mungkin ia akan kembali jatuh cinta padaku (sial, aku kembali beilusi).
lalu ketika tiba-tiba ia pergi tanpa kabar, hati mulai risau memikirkan, desakan hati untuk bertanya semakin kuat : "kenapa kau mempermainkan aku?". Lalu dia berkata "aku tak pernah berniat mempermainkanmu."
Aaaah... aku jatuh cinta (lagi). berilusi. sejuta bualan perasaan. sadar. hancur berkeping-keping. tapi tetap aku jatuh cinta (lagi) padanya.
dan di sisi yang lain, ia jatuh cinta pada bidadarinya. Adakah ia juga berilusi sepertiku?
Langganan:
Postingan (Atom)