pagi ini dingin
sedingin kau
dan tiba-tiba saja aku jenuh dengan putaran ini
ya
selalu begitu
walau aku selama ini tak banyak ekspektasi
tapi tetap saja apa yang kau lakukan membuat aku bertanya-tanya
sedang apa kita?
mencari di kala sepi
meninggalkan lagi
tapi itu kau, aku tidak
mau jadi apa kita?
arahnya jadi tak menentu begini
aku jenuh dengan semua ini
tapi tak siap jika meninggalkannya
begitukah denganmu?
ketika aku pergi menjauh, kau menemukan aku sebagai rumah
dan aku kembali mendekat
ah...
let me write
kutulis supaya aku ingat
Sabtu, 25 Agustus 2012
k.i.t.a
selalu begini
ya
kita selalu begini
bagaimana?
mencari dikala sepi
meninggalkan di kala ramai
ya tentu
karena kita teman
ya
kita selalu begini
bagaimana?
mencari dikala sepi
meninggalkan di kala ramai
ya tentu
karena kita teman
Kamis, 23 Agustus 2012
Oleh-oleh mudik #4: Gethuk Goreng
Getuk goreng merupakan makanan khas yang banyak dijual di
sepanjang jalan raya Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah. Getuk goreng mulai
diperkenalkan pada publik tahun 1918 bermula dari produksi yang dilakukan
Sampirngad. Getuk goreng yang paling terkenal bermerek dagang Getuk Goreng
Sokaraja Asli H. Tohirin. H. Tohirin adalah anak Sampringad yang berhasil
mengembangkan usaha getuk goreng (Dharmawan, 2010).
Pengembangan produk
getuk goreng antara lain perkembangan cita rasa. Saat ini terdapat beberapa
cita rasa baru yaitu durian dan madu. Getuk goreng durian memiliki bentuk dan
warna yang tidak berbeda dengan getuk goreng rasa asli (original). Getuk goreng
durian:
Getuk goreng dibuat dengan peralatan tradisional dan masih
menggunakan tangan (hand made).
Proses pembuatan getuk goreng terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pemilihan
dan persiapan bahan baku, pengukusan singkong, penumbukan singkong, dan
penggorengan.
Bahan baku utama pada pembuatan getuk goreng adalah singkong
dan gula merah. Singkong yang digunakan merupakan singkong pilihan yang
diperoleh dari tempat panen yang sama agar cita rasa getuk goreng seragam.
Singkong yang dibutuhkan dalam satu kali produksi berkisar 5-10 kuintal.
Singkong yang telah dicuci dikuliti kemudian dipotong-potong, dicuci, dan
dibuang bagian akar tengahnya. Gula merah yang digunakan didatangkan dari supplier terpercaya untuk menghindari
kualitas gula jawa yang rendah atau dicampur menggunakan pemanis buatan.
Tahapan selanjutnya adalah pengukusan singkong hingga matang. Singkong
yang telah matang didiamkan beberapa saat, kemudian ditumbuk agar hacur. Pada
saat penumbukan dilakukan penambahan gula merah sedikit demi sedikit hingga
gula merah tercampur dengan merata. Proses penumbukan membutuhkan tenaga yang
besar dan waktu yang cukup lama.
Adonan hasil penumbukan
singkong dibentuk bulat-bulat kemudian digoreng menggunakan minyak panas dengan
api sedang. Penggorengan dilakukan di atas tungku dengan bahan bakar kayu agar
cita rasa yang dihasilkan khas. Getuk goreng yang sudah matang biasanya
diletakkan di atas tampah dan didisplay
di dalam etalase atau dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu
yang biasa disebut besek atau piti. Getuk goreng yang dikemas dalam besek:
sumber:
Anonimc.
Gethuk Goreng. Available on-line at: http://getukgorengbanyumas.blogspot.com (diakses 1
September 2011).
Dharmawan,
L. 2010. Nopia, Getuk Goreng, dan Sejarah Kuliner Banyumas. Media Indonesia: 9.
Oleh-oleh Mudik #3: Nopia dan Mino
Nopia merupakan sejenis kue
dengan bagian kulit yang kering dengan isian. Nopia mulai diproduksi pada tahun
1880 oleh etnik Tionghoa yang tinggal di Banyumas (Dharmawan, 2010). Nopia
memiliki ukuran yang cukup besar, hampir sebesar kepalan tangan. Mino merupakan
pengembangan produk nopia, nama mino merupakan kependekan dari mini nopia. Mino
berukuran mini/kecil sehingga dapat habis dalam sekali makan. Bentuk mino yang
bulat dan menyerupai telur penyu membuat mino sering disebut endog bulus. Gambar nopia dan mino :
Selain dari segi ukuran,
pengembangan produk lain dari nopia dan mino adalah cita rasa. Awalnya nopia
dan mino hanya memiliki rasa gula merah, saat ini terdapat berbagai pilihan
rasa antara lain brambang (bawang), nanas, kacang, durian, pandan, coklat, dan
nangka. Nopia dan mino dalam berbagai rasa:
Nopia
dan mino terdiri atas kulit dan isian. Kulit dibuat dengan cara mencampurkan tepung terigu dengan air lalu diaduk-aduk sampai
menjadi adonan. Adonan itu dijadikan bulatan kecil-kecil sebesar ibu jari
tangan. Bulatan dipipihkan dengan tangan, di tengahnya diisi gula yang sudah
dihancurkan, lalu dibulatkan lagi. Bulatan-bulatan tersebut kemudian dipanggang
menggunakan gentong. Bentuknya mirip mangkuk, diletakan di lantai dalam posisi
terbalik, bagian atasnya berlubang berlapis tanah dan sekelilingnya ditutup
anyaman bambu.
Pemanggangan nopia dan mino tergolong unik
karena sebelum digunakan kayu bakar dibakar di dalam gentong. Setelah apinya
mati, abu dan bara dikeluarkan. Nopia/mino mentah ditempelkan ke dinding bagian
dalam gentong yang panas (bersuhu sekitar 90oC). Nopia/mino
dipanggang hingga 30 menit kemudian diambil. Adonan nopia/ mino akan
mengembang, dan jika terlalu lama dipanggang adonan dapat meletus. Pemanggangan
adonan nopi/mino:
Sumber:
Anonimb.
Nopia dan Mino Narwan Banyumas.
Available on-line at: http://duniabanyumas.files.wordpress.com (diakses 1
September 2011).
Dharmawan,
L. 2010. Nopia, Getuk Goreng, dan Sejarah Kuliner Banyumas. Media Indonesia: 9.
Oleh-oleh Mudik #2: Opak Kucai
*repost tugas lagi nih
*plus
harga opak ini murah, trus kalo udah digoreng jadi banyak banget, cukup buat se-RT, cuma ya itu, sekali masuk mulut pengennya masukin lagi...
Opak kucai pada awalnya
berasal dari desa Kalibeber, kecamatan Mojotengah Opak kucai khas Wonosobo
terbuat dari singkong, awalnya opak dijual di pasar dijual secara kiloan dan
dibungkus menggunakan kantung keresek hitam. Saat ini kemasan opak lebih baik,
menggunakan plastik tebal yang di-seal
sehingga lebih higienis dan menarik. Selain pengembangan produk dari segi
pengemasan, terdapat pula pengembangan produk dari segi cita rasa dan warna.
Pada awalnya opak berwarna putih dengan rasa original, saat ini terdapat opak
dengan ekstra kucai yang berwarna kehijauan, dan opak kucai pedas yang berwarna
kemerahan. Ketiga jenis opak tersebut dapat dilihat pada Gambar ini :
Opak kucai dibuat dengan cara
menumbuk singkong yang sudah direbus atau dikukus, kemudian menambahkan bumbu
seperti garam dan bawang, serta diberi tambahan daun kucai, aroma kucai
menyerupai bawang putih sehingga menambah sedap opak yang dihasilkan. Adonan
yang telah dihasilkan dibentuk bulat tipis kemudian dijemur hingga kering.
harga opak ini murah, trus kalo udah digoreng jadi banyak banget, cukup buat se-RT, cuma ya itu, sekali masuk mulut pengennya masukin lagi...
Oleh-oleh Mudik #1: Carica
*ini repost tugas semester 7 hahahaa
Carica (Carica
candamarcensis Hok) merupakan buah langka, di Indonesia tanaman ini hanya
tumbuh di Dieng. Tanaman ini berasal dari kepulauan Candamar di Amerika Tengah
dan dijumpai juga di Brasilia (Anonima, 2011). Di Dieng Carica juga
disebut Kates Dieng atau Gandul Dieng.Minuman buah carica merupakan minuman khas dari Wonosobo (Dieng) berupa potongan buah carica dalam sirup. Minuman buah carica hanya dapat ditemukan di Wonosobo, tidak seperti oleh-oleh lain yang biasanya dapat ditemukan di daerah sekitar Wonosobo seperti Banjarnegara, Purbalingga, dan Purwokerto. Pengembangan produk minuman buah carica salah satunya dari segi kemasan. Pada awalnya carica dijual dalam kemasan jar kaca, semenjak tahun 2000-an carica mulai dijual menggunakan kemasan gelas plastik. Salah satu produsen carica yaitu UD. Selera Jaya memproduksi carica dalam jar kaca dengan netto 350 g dan 370 g, kemasan gelas plastik dengan netto 220 g, dan kemasan mangkuk plastik dengan netto 250 g. Gambar carica dalam kemasan jar kaca dan magkuk plastik dapat dilihat pada gambar berikut:
Pembuatan minuman buah carica terdiri dari beberapa tahap
yaitu pengupasan, pemisahan biji dari buah, pemotongan, pembuatan sirup buah,
dan pengemasan. Pengupasan dilakukan untuk
menghilangkan kulit buah. Buah carica memiliki banyak getah sehingga pada saat
pengupasan, pekerja menggunakan sarung tangan. Setelah dikupas, biji buah dikeruk dan dipisahkan dengan daging
buahnya. Biji buah tersebut diperas untuk membuat sirup yang bercita rasa khas.
Setelah dipisahkan dengan bijinya, buah dicuci kemudian dipotong-potong dengan
bentuk yang menarik (biasanya berbentuk segitiga) dan supaya dapat dikemas
dalam botol/ jar. Setelah pemotongan, buah kembali dicuci menggunakan air yang
telah diberi garam untuk menghilangkan rasa pahit yang berasal dari getah.
Pembuatan sirup dilakukan dengan memeras biji (beserta
selaput yang melapisinya) yang ditambah sedikit air hingga keluar cairan kental
yang berbau khas buah carica. Pemerasan dapat dilakukan berkali-kali sampai
aroma khas tersebut hilang. Setelah diberi air dan gula pasir secukupnya, sirup
tersebut direbus sampai mendidih. Setelah mendidih, sirup yang sudah jadi harus
disaring untuk dipisahkan dengan ampasnya.
Buah yang telah
dipotong-potong dan dicuci dimasukkan ke dalam botol, dan dicampurkan dengan
sirup. Sebelumnya botol yang digunakan
dicuci hingga bersih. Botol yang telah diisi dengan buah dan sirup dimasukkan
ke dalam panci untuk diblansing selama 15 menit. Setelah dikukus, botol diambil
dari dandang, kembali dipenuhi dengan sirup, dan ditutup rapat-rapat. Botol
yang telah ditutup kemudian dipasteurisasi selama 10 menit. Proses pembuatan minuman buah carica dapat dilihat pada
gambar berikut:
*tambahannya
harga carica yang kemasan gelas kecil sekitar 3000-4000
harga carica kemasan mangkok 5000-6000
belinya mending di RITA Swalayan, lebih murah, hehe...
Oia, ada Carica yang pedes juga, belom dicobain tapi *udah dicobain, hasilnya enakan yang original*
harga carica yang kemasan gelas kecil sekitar 3000-4000
harga carica kemasan mangkok 5000-6000
belinya mending di RITA Swalayan, lebih murah, hehe...
Oia, ada Carica yang pedes juga, belom dicobain tapi *udah dicobain, hasilnya enakan yang original*
*sumber:
Anonima.
2011. Carica, Minuman Khas Wonosobo. Available on-line at: http://goenawanb.com (diakses 1
September 2011).
UD.
Selera Jaya. 2010. Oleh-oleh Khas Wonosobo. Leaflet Pemasaran Produk, Wonosobo.
Wisata Kuliner #2 : Soto Sokaraja
SOTO
SOKARAJA adalah soto khas daerah Sokaraja yang ga boleh kelewat dinikmati. Pedagang
soto sokaraja bisa ditemui dengan mudah di sepanjang jalan (endath nama
jalannya apa, soalnya ayah saya slalu nyebut Sokaraja doang). Soto yang
terkenal adalah Soto Kecik dan Soto Lama. Saya belum eksplor apa bedanya dan
info lainnya, yang jelas dua-duanya enak.
Soto sokaraja terdiri atas ketupat, daging ayam suwir/ daging sapi/ jeroan, daun bawang, kecambah pendek, kerupuk warna-warni. Khasnya ada di kuah sama sambelnya, kuahnya seger agak luget karna mungkin ada kacangnya. Nah sambelnya juga sambel kacang. Buat harga sekitar 7000-9000 per mangkok. Soal rasa jangan ditanya, enak pokonya. Kalo lewat sokaraja jangan ketinggalan nyobain ya..
Langganan:
Postingan (Atom)